Pada peringatan Isro Miroj di Pesantren Sains Salman Assalam, ada yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Kali ini, para santri mendapatkan ceramah spesial berbahasa Inggris dari seorang Native speaker asal Australia, Adee Simon MacDowell. Muallaf asal Australia ini menyempatkan hadir di Cirebon meskipun tengah sibuk dengan kunjungan bisnis di Jakarta, bersama keluarga besarnya.
Sambutan Hangat dari Pesantren Sains Salman Assalam
Sesampainya di Ponpes Sains Salman Assalam, Adee disambut oleh Kyai Dr. H. Usep Saifuddin Zuhri, M.Pd. Mereka berbincang di Gasebo Pondok, sambil menunggu santri selesai melakukan Marhabanan. Tak lupa, sajian kopi hangat dan ikan bakar khas Desa Cikalahang turut menemani perbincangan mereka. “Saya suka ikan, bagus buat tubuh,” kata Adee, yang kini dikenal dengan nama panggilan tersebut setelah memeluk Islam. “Kopi juga suka saya, but no sugar,” tambahnya dengan aksen natif yang bercampur sedikit dengan Bahasa Indonesia.
Perjalanan Spiritualitas Simon MacDowell dan Isro Miroj
Setelah sambutan dari Dr. KH. Usep Saifuddin Zuhri, M.Pd.I, yang disampaikan di hadapan seluruh santri putra dan putri, Mr. MacDowell mulai berbicara. Dalam ceramahnya, Mr. MacDowell mengungkapkan bahwa jumlah umat Muslim di Australia hanya sekitar 2-3% dari total penduduk. Mayoritas penduduknya beragama Kristen, sementara sebagian besar lainnya mengaku tidak beragama. Meskipun demikian, ia sangat bersyukur karena Allah Swt memberinya petunjuk untuk memeluk Islam.
Sejak menjadi Muslim, banyak pertanyaan dalam hidupnya yang akhirnya terjawab dengan logis, memberi kedamaian pada hatinya. Menurut Mr. MacDowell, Islam hadir sebagai pilihan terbaik, seperti ketika kita dihadapkan pada dua pilihan, satu benar dan satu salah. Pilihan yang benar adalah Islam, yang memberikan arah hidup yang jelas. Ia menjelaskan bahwa hidup di dunia ini hanya sementara, sebagai bekal untuk kehidupan kekal di akhirat. Agar hidup kita terarah pada ridho Allah, kita harus mengikuti ajaran dan bimbingan Rasulullah Saw.
Makna Isro Miroj dalam Kehidupan
Dalam hikmah perjalanan Isro’ Mi’roj, Mr. MacDowell mengibaratkan perjalanan Nabi Muhammad Saw yang horizontal dari Masjidil Haram ke Masjid al-Aqsa, sebagai perjalanan spiritualnya sendiri. Perjalanan tersebut, menurutnya, mengajarkan kita untuk berpindah dari kehidupan yang semu dan tidak jelas tujuan hidupnya, menuju jalan yang terang benderang, yaitu Islam.
Bagi setiap diri kita yang belum yakin bahwa Islam adalah jalan yang lurus, kita perlu introspeksi diri. Sudahkah kita benar-benar serius dalam beribadah kepada Allah, atau hanya sekadar mengikuti budaya masyarakat?
“Then when our Prophet Muhammad went vertically to the final highest universe, it means as I need to jump high step by step in my life, to upgrade again and again of everything positively in my life to get more focus to God Allah Swt,” jelasnya dengan penuh semangat. Mr. MacDowell mengingatkan bahwa dalam kehidupan ini, kita harus terus naik, meningkatkan ilmu, disiplin hidup, kesehatan, serta harta dan pengalaman agar kualitas ketakwaan kita kepada Allah semakin meningkat.
Semangat Hidup dari Hikmah Isro Miroj
Hikmah Isro Miroj dari Simon MacDowell, Muallaf Asal Australia di Pesantren Sains Salman Assalam
Orang Islam harus giat bekerja dan tidak malas-malasan. Kita harus meningkatkan kemampuan dan kinerja di segala profesi, serta berpikir bagaimana memaksimalkan hasil yang maksimal untuk kesejahteraan diri dan keluarga. “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.” Menjadi seorang Muslim berarti hidup dengan penuh semangat untuk mencapai kesuksesan di dunia dan akhirat.
“Man jadda wajada!” ucap Abi Usep merespon penyampaian Simon MacDowell, yang langsung diikuti kompak oleh seluruh santri.